Mendongeng bisa menjadi salah aktivitas yang menyenangkan sekaligus untuk mengajari anak nilai-nilai moral tentang kehidupan.
Selain itu, mendongeng juga bisa menjadi metode yang efektif untuk menstimulusi perkembangan bahasa, kognitif, motorik halus, dan ekspresi emosi anak.
Nah, bagi bunda yang ingin membacakan dongeng kepada anaknya, sebagai rekomendasi berikut 4 dongeng anak Sunda:
1. Asal Usul Talaga Warna
Diceritakan ada seorang Raja dan Permaisuri yang kesulitan untuk memiliki keturunan. Namun, pada akhirnya sang Permaisuri hamil dan melahirkan bayi perempuan yang membuat seluruh kerjaan ikut berbahagia dan menyayangi sang Putri.
Di hari ulang tahun sang Putri yang ke-17, mereka menghadiahkan sebuah kalung yang dihiasi permata warna-warni yang indah.
Namun sayang, sang Putri menolak kalung tersebut dan menepisnya sampai benangnya putus. Melihat kejadian ini Permaisuri dan rakyat pun menangis dan tiba-tiba muncul mata air di tengah kerajaan.
Mata air tersebut terus mengalir hingga membentuk sebuah danau dengan airnya yang warna-warni seperti batu permata.
Lalu masyarakat pun menyebutnya sebagai Talaga Warna sekaligus menjadi pengingat untuk selalu menghargai pemberian orang lain.
2. Semut dan Burung Merpati (Sireum Jeung Japati)
Diceritakan pada jaman dahulu kala ada seekor semut yang jatuh ke air pada saat sedang minum di sisi sungai.
Namun untungnya ada seekor burung merpati yang kemudian menolongnya dengan mengulurkan sehelai daun sebagai pegangan dan menarik daun tersebut sampai ke tepi sungai.
Beberapa hari kemudian, semut melihat sang pemburu yang akan memburu burung merpati yang pernah menolongnya. Sebagai balas budi semut mencoba menolong burung merpati dengan mengingatkannya akan bahaya yang sedang mengintainya dan burung merpati pun selamat dari pemburu itu.
3. Asal Usul Situ Bagendit
Dongeng rakyat Sunda ini mengisahkan tentang seorang janda kaya yang hidup di utara Kota Garut yang bernama Nyi Endit. Janda kaya ini memiliki banyak uang tapi memiliki sifat pelit.
Ketika musim paceklik tiba, dan kehidupan warga sekitarnya sedang kesusahan Nyi Endit malah berpesta pora dan tidak memikirkannya.
Pada suatu hari ketika Nyi Endit sedang pesta datanglah seorang pengemis dan menegurnya lantaran sifat pelit dan serakahnya yang tidak mau menolong sesama.
Kemudian si pengemis itu menantang Nyi Endit dan pengawalnya untuk mencabut sebatang ranting yang ia tancap di tanah.
“Jika kau bisa mencabutnya kau termasuk orang-orang yang mulia di dunia ini,” kata si pengemis.
Nyi Endit dan pengawalnya memenuhi tantangannya itu dan berusaha mencabut ranting tersebut.
Lalu si pengemis menariknya sendiri dan dari lubang bekas ranting itu keluar banyak air yang menenggalamkan seluruh desa hingga membentuk sebuah danau di dinamakan Situ Bagendit.
4. Lutung Kasarung
Dongeng legenda ini menceritakan tentang seorang anak raja Prabu Tapa Agung, yang bernama Purbasari.
Ia terusir dari kerajaan lantaran sang kakak, Purbalarang, mencelakainya menggunakan ilmu hitam. Hal ini mengakibatkan seluruh tubuh Purbasari dipenuhi totol totol hitam sehingga sang ayah terpaksa mengasingkannya ke sebuah hutan belantara.
Di hutan Purbalarang bertemu dengan seekor monyet hitam bernama Lutung Kasarung yang membantunya untuk menghilangkan kutukan tersebut.
Pada saat sang kakak Purbalarang mengetahui adiknya itu sudah sembuh, ia berusaha mencegahnya kembali ke kerajaan.
Caranya adalah dengan memberi tantangan ‘siapa yang memiliki tunangan paling tampan’.
Lutung Kasarung yang sebenarnya seorang pangeran yang kena kutuk menjadi seekor kera berubah wujud menjadi seorang laki-laki tampan dan menjadi tunangan Purbasari.
Hal ini membuat Purbalarang mengaku kalah dan mengakui semua kesalahannya.